Review Film Keluarga Cemara: Kasih sayang, Pengertian, dan Perjuangan

REVIEW FILM: KELUARGA CEMARA

FIlm Keluarga Cemara ini cukup sukses dan mendapatkan banyak nominasi dan juga penghargaan. Para pemeran di drama ini ada Ringgo Agus Rahman sebagai Abah, Nirina Zubir sebagai Emak, Zara JKT48 sebagai Euis si anak pertama dan Widuri Putri Sasono sebagai Cemara.

Yuk liat trailernya dulu (Visinema Pictures)

Sinopsis Cerita Keluarga Cemara

Pertama kali mereka tiba di rumah di sebuah desa di Bogor. Cerita di film Keluarga Cemara ini berbeda dengan cerita di buku. Kalau melihat dari jumlah anak Abah dan Emak yang cuma ada Euis dan Cemara (Ara), artinya cerita ini dimulai sebelum cerita di buku yang menceritakan 3 anak. Akan tetapi, kalau di buku, ceritanya dimulai ketika Euis berumur 12 tahun, cerita di film ini dimulai ketika Euis berumur 13 tahun.

Di hari ulang tahun Euis, mereka mengadakan pesta kecil-kecilan yang mengundang teman-teman Euis. Akan tetapi, karena ada masalah di perusahaan Abah, bukan Abah yang datang, malah tukang sita rumah. Abah di kantor sedang menangani pegawai yang protes karena belum digaji 2 bulan terakhir. Abah pulang naik ojek, karena Abah menyerahkan kunci dan mobilnya untuk dijual dan dibagi-bagi untuk membayar gaji karyawan yang dibawa lari oleh iparnya yang dipercayakan mengelola keuangan perusahaan.

Sesampai di rumah, suasana lebih rusuh lagi karena Emak masih ngotot minta penjelasan sementara yang datang menyita rumah sudah tidak pakai penjelasan. Inti perkaranya sih, Abah memberi surat kuasa ke Kang Fajar, iparnya yang membantu mengerjakan perusahaan, tapi sang ipar ini memutar uang di sebuah proyek yang disebut Orange City, sepertinya ini sejenis investasi bodong. Akibatnya, karena Kang Fajar ini menggunakan rumah dan perusahaan Abah yang dipercayakan kepadanya untuk jaminan, ya sudah deh rumah dan perusahaan Abah jadi disita oleh “preman”.

Bagian ini sebenarnya agak berlebihan, tapi ya namanya cerita fiksi. Dan memang nggak bisa berlama-lama juga dong memperlihatkan awal dari jatuh miskinnya keluarga Cemara ini.

Singkat cerita, Abah mengajak Emak, Euis dan Ara untuk tinggal di rumah warisan orang tuanya yang sudah lama tidak ditempati, di sebuah desa di Bogor. Di sana, Abah berusaha mencari pekerjaan, anak-anak juga pindah sekolah. Emak juga akhirnya menemukan usaha untuk jualan opak (tentunya dengan bantuan Euis).

Perubahan yang mendadak seperti ini tentu saja tidak mudah. Pindah dari kota ke desa, dan rumah yang tadinya besar jadi rumah kecil. Akan tetapi, walaupun awalnya terasa berat, akhirnya semua harus bisa beradaptasi dengan keadaan yang baru. Abah pun setelah susah payah mencari pekerjaan, akhirnya menjadi supir ojek online yang menjadi salah satu pendukung film ini.


Kesan dari film Keluarga Cemara

Ada banyak bagian di cerita ini yang membuat kita akan merasakan ikut terharu dengan kisah keluarga Cemara ini. Tapi juga merasakan kehangatan keluarga dan penduduk desa. Di film ini juga ditunjukkan bagaimana Euis yang menginjak remaja, beberapa kali melawan Abah.

Kalau saya ingat bagaimana Abah yang sangat berwibawa dan tidak terbantah di bukunya, di film ini Abahnya terasa lebih emosional dan merasa gagal untuk membuat Emak dan anak-anaknya tetap bisa hidup nyaman di kota. Di film ini, Emak dan Ara lebih terasa bijaksana dibanding Abah, hehehe.

Akhirnya Keluarga Cemara Lengkap dengan 3 putri seberti di buku

Namanya adaptasi, dan penulis ceritanya saja berbeda, ya tidak bisa menuntut cerita yang sama persis. Nggak mungkin juga kan cerita tahun 2019 tetap bertahan dengan narik becak, tapi becaknya masih ada kok perannya dalam cerita film ini.

Kurang tahu juga apa pertimbangannya, kenapa Agil ditunjukkan belum ada pada saat Euis sudah berumur 13 tahun. Pada akhirnya, sosok Agil tetap ada di film Keluarga Cemara. Agil lahir setelah semua berhasil beradaptasi dengan tempat yang baru. Walaupun berbeda masih ada beberapa hal yang cukup berkesan dari film Keluarga Cemara ini:


Ceritanya sedih tapi ada komedinya

Secara kesuluruhan, dari awal (dan seperti di buku), cerita keluarga Cemara ini sedih sekali. Ikut kesal dengan Kang Fajar, ipar Abah yang menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan dalam mengelola keuangan perusahaan. Tapi ya, kalau nggak ada cerita usaha bangkrut, cerita Keluarga Cemara seperti di buku nggak akan bisa dimulai.

Untungnya, masih ada bagian dalam cerita film ini yang cukup menghibur. Terutama sih Ceu Salmah yang sebenarnya kerjanya memberi hutangan, tapi mau terlihat keren dengan nama Loan Woman.

Ara yang masih kecil dan belum banyak protes dengan Abah juga masih bisa cukup menghibur, bahkan ketika Abah terlihat emosi dan marah-marah ke Euis. Atau hiburan lain ya ketika Abah mau minta review lima bintang, tapi penumpangnya repot banget dengan bawaan yang banyak dan ditelpon bosnya.

Di film ini, ditunjukkan bagaimana keluarga yang jatuh miskin bukan akhir dari segalanya. Ara malah jadi bersyukur karena kalau dulu Abah tidak pernah ada di rumah dan terlalu sibuk dengan perusahaannya, setelah di desa Abah jadi lebih banyak di rumah. Ara senang karena bisa bermain lebih banyak dengan Abah. 

Euis, anak yang besar awalnya membenci Abah karena membuatnya jauh dari teman-temannya di Jakarta. Apalagi, saat dia ingin bertemu dengan teman-temannya yang sedang datang ke Bogor, tetap saja Abah tidak memberikan ijin. Euis nekat pergi tanpa ijin, untuk mendapati kalau ternyata pertemuannya dengan teman-temannya sudah tidak seperti yang diharapkan lagi. Yang cukup menghangatkan hati adalah, Euis menemukan teman-teman baru di sekolahnya dan mereka cukup setia kawan dan mau membantunya kalau dibutuhkan.

Emak yang mungkin sebelumnya tidak kepikiran untuk jualan opak, akhirnya menemukan kalau keahliannya jualan opak bisa digunakan untuk menjadi tambahan uang masuk untuk keluarga mereka. Kalau saya lihat, emak bekerja dengan senang hati, walaupun Abah sepertinya merasa gagal membuat keluarganya hidup nyaman seperti dulu.

Ada bagian obrolan Abah dengan teman-teman sesama pengemudi ojek. Abah mengatakan kalau laki-laki harus bertanggung jawab untuk seluruh anggota keluarga terutama dalam hal keuangan, lalu seorang supir ojek wanita membalas dengan bilang: "Menikahnya kan berdua, jadi segala risiko ya harus ditanggung berdua"

Tonton Trailer

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak