Review Film 5 cm: Sebuah Perjalanan, Persahabatan, dan Impian yang Mendaki Langit



5 cm, film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani dan diadaptasi dari novel laris karya Donny Dhirgantoro, adalah sebuah karya sinema yang bukan hanya menampilkan panorama Indonesia yang memukau, tetapi juga merayakan kekuatan persahabatan, keberanian, dan mimpi. Lebih dari sekadar film petualangan, 5 cm adalah pencapaian emosional yang mengajak penontonnya untuk berhenti sejenak dan melihat betapa luasnya kemungkinan dalam hidup selama kita berani memimpikannya.


Sinopsis

Film ini mengikuti lima sahabat: Genta, Arial, Zafran, Ian, dan Riani, yang sudah bersahabat selama bertahun-tahun. Hubungan mereka mulai terasa stagnan, terlalu nyaman, dan berjalan otomatis. Genta kemudian mengusulkan sesuatu yang gila: mereka berpisah selama tiga bulan, tidak saling bertemu dan tidak berkomunikasi, untuk membangkitkan kembali mimpi dan jati diri masing-masing.

Ketika waktunya tiba, mereka bersatu kembali dalam sebuah perjalanan monumental: mendaki Gunung Semeru, puncak tertinggi di Pulau Jawa. Dari sanalah kisah berubah menjadi perjalanan spiritual tidak hanya melawan alam, tetapi melawan diri sendiri. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat untuk memahami arti kehilangan, ketakutan, keberanian, dan persahabatan yang sesungguhnya.

Di tengah keindahan Ranu Kumbolo, tanjakan cinta, dan dinginnya Mahameru, film ini memperlihatkan bagaimana mimpi dapat bertahan 5 sentimeter di depan kening, menjadi pengingat bahwa harapan harus selalu berada dalam jangkauan pandangan.


1. Kritik Sosial Tersirat tentang Kepemudaan dan Rasa Kebangsaan

Meskipun dibalut petualangan romantis dan komedi, 5 cm menyampaikan kritik sosial tentang generasi muda Indonesia yang sering kehilangan arah, terhanyut rutinitas, dan lupa memaknai mimpi. Film ini menantang penontonnya untuk lebih mencintai negeri sendiri bukan dengan slogan, tetapi dengan mengenal langsung tanahnya, gunungnya, dan kisah-kisah yang hidup di dalamnya. Adegan pembacaan teks proklamasi di puncak Mahameru adalah puncak simbolik, sekaligus sindiran halus terhadap generasi yang lupa makna perjuangan dan hanya menghafal tanpa merasakan.

2. Perpaduan Petualangan, Drama, dan Komedi yang Hangat

Rizal Mantovani meramu film ini dengan nada yang seimbang: petualangan yang mendebarkan, drama personal yang emosional, dan humor khas anak muda. Zafran dengan puisi absurdnya, Ian dengan keluguannya, hingga interaksi penuh canda mereka membuat film ini terasa hidup dan autentik. Kontras antara momen komedi dan tantangan alam yang berat menciptakan perjalanan emosional yang tidak pernah membosankan tertawa satu menit, terdiam terharu di menit berikutnya.

3. Chemistry Pemain yang Natural dan Memikat

Para pemeran utama Herjunot Ali, Fedi Nuril, Pevita Pearce, Raline Shah, Denny Sumargo, dan Igusti Molya menampilkan chemistry yang begitu natural sehingga penonton mudah merasa sebagai bagian dari lingkaran persahabatan mereka. Herjunot Ali sebagai Zafran mencuri perhatian dengan karakter puitis yang nyentrik, sementara Denny Sumargo sebagai Arial menghadirkan ketegasan yang menyeimbangkan kelompok. Namun kekuatan sejati film ini adalah kebersamaan, bukan individu.

4. Visual Sinematik yang Menawan dan Ikonik

5 cm dikenal karena sinematografinya yang luar biasa, terutama pada penggambaran Gunung Semeru. Pemandangan Ranu Kumbolo yang tenang, hamparan kabut, hingga sunrise di Mahameru bukan hanya visual, tetapi juga metafora perjalanan batin para tokoh. Adegan sunrise di puncak Mahameru ketika kelima sahabat berdiri di hadapan bendera Merah Putih adalah salah satu adegan paling ikonik dalam perfilman Indonesia modern. Ia menggugah rasa bangga dan haru sekaligus, mengingatkan bahwa Indonesia adalah rumah dengan keindahan tak terhingga.

Tentang Film

Penulis novel asli: Donny Dhirgantoro
Penulis skenario (screenplay): Donny Dhirgantoro
Sutradara (director): Rizal Mantovani
Tanggal penayangan awal di bioskop: 12 Desember 2012 

Tonton Trailer

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak